November 3

KULIAH UMUM DENGAN DOSEN TAMU

Nama : Sintia Asih Murni

NIM : 16/398372/KT/08367

Dosen : Atus Syahbudin

Dosen Tamu : Dr. Thomas (Filipina) dan Mr. James (Amerika)

Tempat : Ruang multimedia Gedung A, Fakultas Kehutanan UGM

Waktu : Jumat, 28 Oktober 2016


KESAN MENGIKUTI KULIAH UMUM DENGAN DOSEN TAMU

Kuliah umum merupakan suatu perkuliahan yang mempunyai metode pembelajaran yang berbeda seperti biasanya. Pada umumnya kuliah umum di berikan untuk peserta umum dengan tujuan memberikan informasi spesial kepada khalayak umum tentang suatu fenomena atau permasalahan. Pembicara yang spesial juga merupakan ciri khas kuliah umum, baik pembicara yang dari dalam negeri atau luar negeri, pembicara yang memotivasi atau yang memberikan ilmu dalam suatu bidang.

Pada mata kuliah Fitogeografi, hari jumat tanggal 28 oktober 2016, menggunakan pembelajaran dengan kuliah umum yang mendatangkan pembicara dari luar negeri—Filipina. Pembicara tersebut adalah Dr. Thomas, yang khusus di datangkan oleh dosen (Pak Atus) untuk memberikan materi tentang materi dan metode pembelajaran mahasiswa di Filipina tentang ilmu kehutanan—Fitogeografi.

Kuliah umum ini memberikan kesan khusus untuk saya. Untuk pertama kalinya saya merasakan perkuliahan dengan dosen dari luar negeri adalah alasan pertama saya. Kedua, karena dosen memberikan materi menggunakan Bahasa Inggris, membuat saya menyadari betapa kurangnya kemampuan Bahasa Inggris saya, dan saya mempunyai tekad baru yaitu untuk lebih giat lagi belajar Bahasa Inggris. Ketiga, saya bersyukur dapat mengetahui metode pembelajaran di Filipina tentang Fitogeografi, membuat saya dapat membandingkan metode pembelajaran di negeri tersebut dengan negeri saya tercinta—Indonesia.

Kuliah umum ini memberikan begitu banyak informasi, ilmu, dan manfaat, diantaranya :

  • Informasi tentang keadaan hutan beserta macam-macam vegetasi berkayu yang ada di Filipina.
  • Belajar budaya Filipina, khususnya tentang Bahasa, meskipun hanya beberapa kosa kata.
  • Informasi bahwa mahasiswa Filipina menghapal 400 nama pohon (lokal, ilmiah, dan famili).
  • Menyadarkan dan memberi rasa semangat kepada mahasiswa untuk lebih mengasah kemampuan Bahasa Inggris.
  • Menyadari akan potensi hutan yang Indonesia miliki. Bahwa Indonesia memiliki sumber daya hutan yang sangat melimpah dan perlu di lestarikan.
  • Mengetahui dan bahkan dapat membuat sebuah strategi untuk dapat mempelajari ataupun menghapal jenis pohon beserta nama lokal, nama ilmiah, dan kategori familinya.

Dengan diadakannya kuliah umum ini, mahasiswa akan mempunyai banyak sekali kesan tersendiri yang merupakan suatu hal yang dapat dijadikan motivasi untuk lebih baik lagi.

Terima kasih kepada Pak Atus Syahbudin dan  Dr.Thomas yang sudah memberikan kuliah umum yang sangat menginpirasi untuk saya dan peserta lainnya. Saya harap, akan ada suatu kesempatan lagi bisa merasakan kuliah umum seperti ini.

 

 

 

STRATEGI MENGENALI DAN MENGINGAT SPESIES TUMBUHAN

Pada kuliah umum yang diberikan oleh Bapak Atus Syahbudin dan Dr.Thomas, beliau memberikan strategi atau cara mudah untuk mengenali dan mengingat spesies tumbuhan.

Dr. Thomas, seorang dosen di Filipina, mengatakan bahwa mahasiswa di Filipina memiliki metode belajar yang unik untuk mengenali dan mengingat spesies tumbuhan yang sudah ditetapkan, yaitu 400 jenis pohon. Metodenya adalah dengan wajib menghapal atau mengingat sejumlah jenis pohon di setiap pertemuan pada perkuliahan. Mahasiswa akan diberikan suatu test langsung atau tertulis tentang jenis pohon yang sudah di ingat. Dengan begitu, sampai seterusnya, secara kumulatif mahasiswa akan mengetahui 400 jenis pohon tersebut.

Tidak berbeda dari Filipina, Indonesia khususnya Universitas Gadjah Mada memberikan strategi untuk mengenali dan mengingat spesies tumbuhan. Yaitu dengan praktikum yang memberikan langsung contoh preparat atau mengamati langsung preparat dari suatu jenis pohon yang akan di kenal dan di ingat. Metode ini terbukti efektif, karena bukan hanya sekedar teori untuk mengenali dan mengingat spesies tumbuhan, tetapi juga mengetahui secara langsung dan membuat mahasiswa dapat mengidentifikasi secara langsung pula jika bertemu suatu jenis pohon.

Universitas Gadjah Mada membuat strategi baru untuk mengenali dan mengingat spesies tumbuhan. Fakultas Kehutanan bekerja sama dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk membuat suatu aplikasi bernama ‘Biodiversitas UGM’. Aplikasi ini dibuat dengan tujuan mahasiswa UGM atau masyarakat umum dapat mengenali dan mengingat secara mudah suatu jenis pohon. Aplikasi ini dibuat terinspirasi dari gaya hidup masyarakat saat ini, yaitu memudahkan segala hal dengan gadget. Gadget khususnya handphone, menjadi suatu benda yang selalu dibawa oleh masyarakat dimana pun dan kapan pun. Oleh karena itu, aplikasi ini diciptakan, agar mahasiswa dapat membukanya dimana pun dan kapan pun. Dan hal ini akan memudahkan untuk mengenali dan mengingat berbagai jenis pohon. Diharapkan bahwa aplikasi ini dapat bermanfaat sesuatu tujuan di ciptakannya. Oleh karena itu, pengembangan dan perbaruan juga perlu di lakukan pada aplikasi ini.

Selain strategi yang sudah di jelaskan, saya mempunyai strategi saya sendiri. Pertama, menurut saya dengan metode aplikasi memang efektif dan efisien, tetapi terdapat beberapa kerugian dan kekurangan. Karena digunakan menggunakan benda yang mengeluarkan radiasi cahaya yang berbahaya untuk mata jika secara terus menerus dan handphone juga memiliki daya baterai yang artinya suatu saat akan habis dan tidak bisa digunakan selain harus di beri daya ulang, hal tersebut membuat saya berfikir bahwa cara ‘aplikasi’ dapat diterapkan dengan metode yang berbeda. Metode tersebut adalah membuat catatan kecil pada buku kecil—yang saya beri nama buku pohon—yang mudah di bawa kemana-mana, yang menuliskan masing-masing jenis pohon yaitu nama lokal, nama ilmiah, famili, dan ciri khusus. Metode ini memang sedikit rumit dan perlu usaha untuk membuatnya, tetapi dapat menghilangkan kekurangan dari metode aplikasi. Kedua, mahasiswa setiap bertemu dengan suatu jenis pohon—ika pada waktu yang tidak sibuk—harus mengidentifikasi jenis pohon tersebut dengan mengingat ciri khusus yang sudah di hapal, ataupun dapat membuat buku pohon yang sudah di buat.

Sebenernya buku pohon yang saya anjurkan untuk memudahkan mengenali dan mengingat berbagai jenis pohon tidak harus dibuat secara manual per individu. Karena dengan tekhnologi yang sudah canggih saat ini, buku pohon dapat di buat secara digital dengan mencetaknya dan mempublikasikannya secara global bahkan internasional. Buku pohon ini ibarat saudara kembar dari aplikasi biodiversitas UGM. Mereka saling menutup kekurangan dari kelebihan masing-masing.

Dari yang sudah dijelaskan tentang berbagai macam strategi untuk mengenali dan mengingat jenis pohon, diharapkan semua mahasiswa atau masyarakat umum dapat menghapal berbagai jenis pohon dengan mudah.

 

 

HUTAN MANGROVE

hutan-mangrove

Hutan mangrove adalah ekosistem hutan daerah pantai yang terdiri dari kelompok pepohonan yang bisa hidup dalam lingkungan berkadar garam tinggi. Salah satu ciri tanaman mangrove memiliki akar yang menyembul ke permukaan. Penampakan mangrove seperti hamparan semak belukar yang memisahkan daratan dengan laut.

Kata mangrove berasal dari kata mangue (bahasa Portugis) yang berarti tumbuhan, dengan grove(bahasa Inggris) yang berarti belukar. Sementara itu dalam literatur lain disebutkan bahwa istilah mangrove berasal dari kata mangi-mangi (bahasa Melayu Kuno).

Hutan mangrove adalah suatu kelompok jenis tumbuhan berkayu yang tumbuh disepanjang garis pantai tropis dan subtropis yang terlindung dan memiliki semacam bentuk lahan pantai dengan tipe tanah anaerob.

Istilah mangrove sering kali dianggap sama dengan bakau. Padahal di beberapa literatur kedua istilah tersebut merujuk pada hal yang berbeda. Bakau merupakan istilah bahasa Indonesia dan juga Malaysia yang mengacu pada sekelompok tanaman yang berasal dari genus Rhizophora. Contohnya Rhizophora apiculataRhizophora mucronataRhizophora stylosa, dan lain-lain.

Sedangkan mangrove mengacu pada semua jenis tanaman yang tumbuh di sekitar garis pantai dan bisa hidup di lingkungan yang bersalinitas tinggi. Termasuk di dalamnya berabagai jenis pohon bakau. Jadi di sini cukup jelas perbedaannya, bakau termasuk ke dalam salah satu jenis mangrove. Lihat juga artikel mengenai pohon bakau.

Hutan mangrove tersebar di 123 negara yang memiliki iklim tropis dan sub tropis. Biasanya mangrove menyukai arus laut hangat sepanjang garis khatulistiwa, 20° ke utara dan selatan. Terkadang ditemukan hingga lintang 32° ke Utara dan Selatan. Tanaman mangrove sensitif terhadap suhu dibawah nol. Hutan mangrove tersebar mulai dari benua Amerika, Afrika, Asia hingga ke Australia.

Terhitung sejak 1980-an dunia telah kehilangan hutan mangrove sebesar 3,6 juta hektar, atau sekitar 20%. Hingga tahun 2005  luas mangrove sebesar 15,2 juta hektar. Luas ini sekitar 1% dari total luas hutan tropis. Dari tahun ke tahun luasannya mengalami penyusutan sekitar 1%.

Terhitung sejak periode 2000-2005 laju penurunannya melambat menjadi sekitar 0,66% per tahun. Penyebab utama hilangnya mangrove adalah konversi lahan untuk pertanian, permukiman dan infrastruktur pariwisata.

Meski wilayah sebaran hutan mangrove cukup luas, hanya mangrove tropis yang memiliki densitas spesies tinggi. Lebih dari sepertiga luasan mangrove tropis ada di Asia Tenggara. Dari jumlah itu yang masuk wilayah Indonesia mencapai lebih dari 80%. Sehingga Indonesia menjadi negara dengan hutan mangrove terluas.

Hutan mangrove memiliki peran ekologis yang besar bagi kehidupan manusia. Telah berabad-abad lamanya dijadikan tumpuan jutaan orang yang hidup di pesisir. Hutan ini memiliki banyak fungsi mulai dari penyedia sumber makanan, bahan baku industri, mencegah banjir, mencegah erosi, hingga fungsi rekreasi. Berikut ini beberapa fungsi utama hutan mangrove.

Mangrove tumbuh disepanjang garis pantai seakan-akan memisahkan antara lautan dan daratan. Keberadaan mangrove menghambat gelombang dan angin yang datang dari arah laut agar tidak langsung membentur daratan. Di daerah-daerah yang memiliki tutupan mangrove hampir tidak ditemukan aberasi parah. Bahkan di daerah-daerah tertentu keberadaan mangrove melindungi pemukiman, pertanian dan fasilitas lain yang terdapat dibelakangnya. Pada tahun 1993 saat terjadi tsunami, dusun Tongke-tongke dan Pangasa di Sinjai, Sulawesi Selatan, terhindar dari gelombang pasang. Kedua dusun itu memiliki tutupan mangrove yang tebal. Kontras dengan dusun-dusun disekitarnya yang mengalami kerusakan cukup parah karena tidak memiliki mangrove.

Vegetasi mangrove mempunyai kemampuan untuk memerangkap sedimen lumpur yang di bawa dari arah daratan. Akar-akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, sehingga terjadi konsolidasi sedimen di hutan mangrove. Sifat memerangkap sedimen ini dihubungkan dengan kemampuan hutan mangrove untuk menciptakan daratan baru. Pertumbuhan hutan mengrove yang terus merangsek ke laut disinyalir bisa menambah luas daratan, meski hal ini masih diperdebatkan.

Beberapa jenis mangrove mempunyai kemampuan untuk beradaptasi terhadap salinitas air laut. Salah satunya dengan kelenjar khusus pada daun yang dapat mengeluarkan garam. Lapisan mangrove paling depan (mengarah ke laut) biasanya mempunyai kemampuan beradaptasi dengan salinitas tinggi. Semakin ke belakang areal mangrove semakin tawar. Dengan adanya kemampuan ini, hutan mangrove dipercaya bisa mencegah intrusi air laut.

Sudah diketahui sejak lama bahwa hutan mangrove merupakan tempat berkembang biak ikan, udang, kepiting, moluska dan hewan-hewan lainnya. Keberadaan mangrove berkorelasi positif dengan produksi perikanan setempat. Ikan-ikan bernilai komersial tinggi banyak yang mengandalkan mangrove sebagai tempat regenerasi. Sebagai contoh, menurunnya produksi ikan di Bagan Siapi-api disebabkan oleh rusaknya habitat mangrove. Padahal di era perang dunia II daerah ini merupakan penghasil ikan utama dunia. Selain sumber makanan, mangrove juga diambil kayunya untuk bahan bangunan dan industri. Konon pulp yang diambil dari kayu mangrove merupakan bahan untuk kertas premium. Kayu bakar dari mangrove juga terkenal bermutu tinggi. Selain itu, mangrove dimanfaatkan untuk diambil tanin-nya.

Hutan mangrove merupakan sumber plasma nutfah dan keanekaragaman hayati. Selain ikan, hutan ini menjadi habitat hidup berbagai satwa mulai yang umum hingga satwa langka. Mulai dari jenis-jenis burung hingga primata.

Hutan mangrove menjadi habitat berbagai jenis fauna, mulai dari satwa air hingga primata. Ekosistem mangrove menjadi tempat berkembang biak berbagai satwa air seperti ikan, udang-udangan, kepiting dan moluska. Beberapa jenis burung air juga memilih tempat ini untuk berkembang biak. Selain itu mangrove menjadi tempat mencari makan sejumlah satwa liar seperti reptil dan mamalia. Berikut ini jenis-jenis satwa yang sering dijumpai di hutan mangrove: Ikan, kepiting, moluska, udang-udangan, serangga, reptile, amphibia, burung, mamalia.

Di Indonesia mangrove tumbuh di atas tanah lumpur aluvial di daerah pantai atau muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Jenis-jenis mangrove yang tumbuh di Indonesia antara lain Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa.

 

 Beberapa contoh jenis-jenis hutan mangrove yang tumbuh di Indonesia

  1. Avicennia alba (Famili Avicenniaceae)

    aivecinnia

Deskripsi : Belukar atau pohon yang tumbuh menyebar dengan ketinggian mencapai 25 m. Kumpulan pohon membentuk sistem perakaran horizontal dan akar nafas yang rumit. Akar nafas biasanya tipis, berbentuk jari (atau seperti asparagus) yang ditutupi oleh lentisel. Kulit kayu luar berwarna keabu-abuan atau gelap kecoklatan, beberapa ditumbuhi tonjolan kecil, sementara yang lain kadangkadang memiliki permukaan yang halus. Pada bagian batang yang tua, kadangkadang ditemukan serbuk tipis.
Daun : Permukaan halus, bagian atas hijau mengkilat, bawahnya pucat. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: lanset (seperti daun akasia) kadang elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 16 x 5 cm.
Bunga : Seperti trisula dengan gerombolan bunga (kuning) hampir di sepanjang ruas tandan. Letak: di ujung/pada tangkai bunga. Formasi: bulir (ada 10-30 bunga per tandan). Daun Mahkota: 4, kuning cerah, 3-4 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4.
Buah : Seperti kerucut/cabe/mente. Hijau muda kekuningan. Ukuran: 4 x 2 cm.

 

  1. Sonneratia alba (Famili Sonneratiaceae)

    sonneratia

Deskripsi : Pohon selalu hijau, tumbuh tersebar, ketinggian kadang-kadang hingga 15 m. Kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat, dengan celah longitudinal yang halus. Akar berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul kepermukaan sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut tumpul dan tingginya mencapai 25 cm.
Daun : Daun berkulit, memiliki kelenjar yang tidak berkembang pada bagian pangkal gagang daun. Gagang daun panjangnya 6-15 mm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 5-12,5 x 3-9 cm.
Bunga : Biseksual; gagang bunga tumpul panjangnya 1 cm. Letak: di ujung atau pada cabang kecil. Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga per kelompok). Daun mahkota: putih, mudah rontok. Kelopak bunga: 6-8; berkulit, bagian luar hijau, di dalam kemerahan. Seperti lonceng, panjangnya 2-2,5 cm. Benang sari: banyak, ujungnya putih dan pangkalnya kuning, mudah rontok.
Buah : Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah mengandung banyak biji (150-200 biji) dan tidak akan membuka pada saat telah matang. Ukuran: buah: diameter 3,5-4,5 cm.

 

  1. Rhizophora apiculata (Famili Rhizophoraceae)

    rhizophora

Deskripsi : Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah.
Daun : Berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya kemerahan. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-8 cm.
Bunga : Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran <14 mm. Letak: Di ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga: 4; kuning kecoklatan, melengkung. Benang sari: 11-12; tak bertangkai.
Buah : Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna merah jika sudah matang. Ukuran: Hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm.

 

  1. Barringtonia asiatica (Famili Lecythidceae)

    barringtonia

Deskripsi : Pohon berukuran kecil hingga sedang dengan ketinggian 7-20 (-30) m dan diameter 25-100 cm. Mahkota pohon berdaun besar dan rimbun. Kulit kayu abu-abu agak merah muda dan halus. Ranting tebal.
Daun : Berwarna hijau tua, agak tebal, berkulit dan urat daun nampak jelas. Ketika masih muda daun berwarna agak merah muda, ketika tua berwarna kuning atau merah muda pucat. Unit & Letak: sederhana dan bersilangan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: agak membundar, tumpul. Ukuran: 15-45 x 9-20 cm.
Bunga : Menggantung, berukuran sangat besar, diameternya sampai 10 cm dan harum. Formasi: bergerombol, menggantung seperti payung. Daun mahkota: 4, putih dan kuning. Kelopak bunga: berwarna putih kehijauan. Benangsari: banyak dan panjang, warnanya merah di bagian ujung dan putih di dekat pangkal.
Buah : Besar, permukaan halus dan berbentuk tetrahedral/piramid seperti buah delima. Buah berwarna hijau (kadang tersamar oleh warna daunnya) lalu berubah menjadi cokelat. Berisi satu biji berukuran besar. Ukuran: diameter buah 10- 15 cm.

 

  1. Ceriops decandra (Famili Rhizophoraceae)

    ceriops

Deskripsi : Pohon atau semak kecil dengan ketinggian hingga 15 m. Kulit kayu berwarna coklat, jarang berwarna abu-abu atau putih kotor, permukaan halus, rapuh dan menggelembung di bagian pangkal.
Daun : Daun hijau mengkilap. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elipsbulat memanjang. Ujung: membundar. Ukuran: 3-10 x 1-4,5 cm.
Bunga : Bunga mengelompok, menempel dengan gagang yang pendek, tebal dan bertakik. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (2-4 bunga per kelompok). Daun mahkota: 5; putih dan kecoklatan jika tua, panjang 2,5-4mm. Kadang berambut halus pada tepinya. Kelopak bunga: 5; warna hijau, ada lentisel dan berbintil. Benang sari: tangkai benang sari pendek, sama atau lebih pendek dari kepala sari.
Buah : Hipokotil berbentuk silinder, ujungnya menggelembung tajam dan berbintil, warna hijau hingga coklat. Leher kotilodon jadi merah tua jika sudah matang/ dewasa. Ukuran: Hipokotil: panjang 15 cm dan diameter 8-12 mm.

 

  1. Lumnitzera littorea (Famili Combretaceae)

    lumnitzera

Deskripsi : Pohon selalu hijau dan tumbuh tersebar, ketinggian pohon dapat mencapai 25 m, meskipun pada umumnya lebih rendah. Akar nafas berbentuk lutut, berwarna coklat tua dan kulit kayu memiliki celah/retakan membujur (longitudinal).
Daun : Daun agak tebal berdaging, keras/kaku, dan berumpun pada ujung dahan. Panjang tangkai daun mencapai 5 mm. Unit & Letak: sederhana, bersilangan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 2-8 x 1-2,5 cm.
Bunga : Bunga biseksual, berwarna merah cerah, harum, dan dipenuhi oleh nektar. Panjang tangkai bunga mencapai 3 mm, tandan 2-3 cm. Memiliki dua buah pinak daun berbentuk bulat telur dan berukuran 1 mm pada bagian pangkalnya. Letak: di ujung. Formasi: bulir. Daun mahkota: 5; merah, 4-6 x 1,5-2 mm. Kelopak bunga: 5; hijau 1 x-12 mm. Benang sari: <10; Panjang benang sari dua kali ukuran daun mahkota.
Buah : Buah berbentuk seperti pot/jambangan tempat bunga/elips, berwarna hijau keunguan, agak keras dan bertulang. Ukuran: panjang 9-20mm; Diameter 4-5 mm.

 

DAFTAR PUSTAKA

https://jurnalbumi.com/hutan-mangrove/http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=11http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=36http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=41http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=48http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=31http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=24


Copyright 2021. All rights reserved.

Posted November 3, 2016 by sintia.asih.murni in category "Sharing by Sintia Asih", "Silvikultur

About the Author

Hallo nama saya Sintia Asih Murni. Kelahiran Jakarta 20 September 1998. Saat ini saya berkuliah di Universitas Gadjah Mada program studi S1 Kehutanan. Untuk info lebih lanjut, bisa menghubungi saya di 081355802390.

Leave a Reply

Your email address will not be published.